Tiada Setia Yang Sesaat Part 2
Keesokan harinya. Abdul dan Doni sama-sama menunjukkan ekspresi wajah lemas tak bergairah. Mereka berangkat bersama. Abdul berangkat kesekolahnya, dia masih kelas 3 SMA. Sedangkan Doni berangkat ke kampusnya. Kelas D3 semester terakhir fakultas Tekhnologi Informatika.
Pukul 07:15 mereka berangkat. Walaupun dengan berjalan kaki, tapi mereka tak peduli dengan kata telat. Karena, Jarak Pesantren Putra berdekatan dengan Sekolah dan Kampus, karena masih satu yayasan. Begitu juga dengan Pesantren Putri, walaupun jaraknya agak jauh dengan Pesantren Putra, tapi masih dalam satu komplek.
Sampai di kelas masing-masing. Mereka langsung pasang formasi untuk tidur. Doni, yang posisi duduknya lumayan belakang, langsung memanfaatkan keadaan. Sementara Abdul, masih belum bisa tidur. Mungkin dia malu kalo ketahuan mengantuk didepan Maya. Karena Abdul dan Maya satu kelas, walaupun jarak duduknya berpisah agak jauh. Begitu juga dengan Doni dan Aula dikelas mereka.
Doni sudah tertidur sangat pulas. Tak peduli dengan suasana sekitar, apalagi Aula. Karena dia adalah tujuan utama Doni melakukan itu. Tak peduli juga Doni dengan materi apa hari itu, kelasnya siapa. Lalu. dalam mimpinya. Dia mendengar suara sepatu yang mendekat.
"Takk... tak.. tak..." Semakin jelas suara itu semakin mendekat. Dan tiba-tiba, "Drrrruuaaaaggkk!" suara bom atom meletus dibangku meja Doni. ternyata mimpinya berubah menjadi kenyataan.
"Berani-beraninya kamu tidur dikelas saya! Keluar! Dasar Kebo!"
"Hahahahahahaaa" suara tawa anak-anak dikelas mengejek Doni.
Doni baru saja tersadarm kalo pagi hari itu, jadwal mata kuliah waktu itu adalah Jaringan Komputer, dan dia lupa, kalo dosennya uda ganti seminggu yang lalu. Killer Abiss!! mukanya kalo lagi marah kayak Dwayne Johnson di film The Fate of the Furious atau Fast 8. Dan gara-gara dosen itu, Doni harus menahan malu di kelasnya, terutama malu karena Aula juga ikutan tertawa. Doni memutuskan untuk pulang ke pesantren untuk melanjutkan mimpinya yang terganggu.
Di ruangan lain. Di kelas 3 SMA. Abdul sudah tak mampu menahan rasa kantuknya. Dia sudah setengah jam molor di kelas. tanpa merasa malu sama Maya. karena uda ngga sadar juga. Tak terasa sampai istirahat pertama Abdul tertidur. Lalu... tiba-tiba terdengar suara "Drrrruuaaaaggkk!" Bom atom meletus kembali, kali ini di bangku meja Abdul. Abdul tersentak.
"Malah molor!! kirain lu ngilang, Dul!"
Ternyata Alex yang datang.
"Hahh! Anjritt! ngapain sih lo heboh amat! kaget nih! gangguin orang tidur aja lo!" Abdul langsung emosi. Mimpi indahnya terhenti di Sad Ending.
"Kenapa lo ngga ke kantin sih, Dul? gue nyariin lo dari tadi" Tanya Alex kalem. mencoba menurunkan emosi Abdul.
"Ya lo liat kan?! gue di sini... tidur di kelas!"
"Iya iyaa.. santai bro.. sory gue ngga tahu" Ales memelas.
"Iyaa. ada apa nyariin gue?" Abdul mulai terkendali.
"Gue lagi butuh lo, Dul! Gue lagi ada masalah sama Maya. Gue takut putus sama dia!" Alex langsung baper menceritakan masalahnya.
"Alaahh elo ya! hubungan kok masalah mulu, kapan hepinya?" Balas Abdul "OK, sekarang siapa yang salah? Elo? atau Maya?" Abdul mulai mengintrogasi.
"Yaa.. Gue sih yang mulai. tapi abis itu, Maya malah ikutan ngotot. Jadi dia juga salah kan, Dul?" Cetus Alex.
"Yaudah.. simple ajaa. Lo yang mulai, lo yang mengakhiri. Sekarang lo minta maaf sama Maya" Abdul memberi ceramah singkat.
"Hah?! gue lagi? Kenapa gue mulu yang ngalah sih, Dul?" Alex menyeringai..
"Ya karena lo yang mulai mulu, bego!" Abdul ngotot.
"Iya iya dehh"
Alex pergi. Meninggalkan kelas Abdul sendiri. Dia sudah tidak begitu mengantuk gara-gara suara bom tadi. Dan dia tersadar, ternyata Gadgetnya dari tadi berbunyi berkali-kali. Dan setelah dibuka, ternyata sudah banyak missed call dan sms dari Maya.
"Aku tunggu kamu di tempat biasa, Dul. Aku lagi butuh kamu"
"Aku lagi ada masalah sama Alex. Aku pengen curhat sama kamu, Dul"
"Abdul. Kamu dimana sih? Aku nungguin kamu"
Abdul mulai khawatir. Dia mulai gelisah. Wanita yang dia idamkan, sekarang sedang bersedih. Tapi dia tak bisa hadir untuk menenangkan hatinya.
"Maafkan aku, May. Aku tertidur di kelas. kamu yang sabar yaa. Aku langsung kesitu" Abdul hanya membalas singkat sms Maya. Dan dia langsung bergegas untuk menemui Maya. Tapi begitu langkah Doni sampai di depan pintu kelas. Maya sudah berdiri di depannya. Lalu bel tanda istirahat pertama berbunyi.
"Istirahat sudah selesai. ngapain mau keluar?" cetus Maya dengan face kecewa. Lalu dia melewati Abdul dan menuju ke tempat duduknya. Abdul juga menuju ke tempat duduknya.
"Hey, May! Maaf yaa" Abdul menunjukkan kedua jarinya ke arah Maya dengan ekspresi memelas. Tapi Maya hanya menoleh sebentar. Dan hanya membalas Abdul dengan wajah kecewanya.
"Anjritt! semua ini karena Alex. knapa sih dia mulu yang cari gara-gara! Gue slalu jadi korbannya. huhh" Abdul menahan kesal dihati.
"Kring ...kring... " Bel tanda istirahat kedua berbunyi. Abdul tersentak kaget. Tadi selama pelajaran dia mengantuk lagi. Langsung saja matanya reflek menoleh ke arah tempat duduk Maya. tapi ternyata Maya sudah tidak ada. Abdul langsung mencari Maya ke kantin.
Sesampainya di kantin. dia tak menemukan orang yang dia cari. Malah wajah Alex yang ada di sana, dengan ekspresi galau memandang ke arah layar handphone.
"Hehh?! Gimana? uda baikan belum?" Abdul mulai bertanya.
Alex hanya menggeleng.
"Malah tambah parah nih"
"Ah lo bego banget sih?!" Abdul langsung emosi. "Ngomong apa aja lo sama Maya?"
"Rencananya sih gue pengen ngajak Maya ketemuan, Gue pengen njelasin semuanya, tapi dia uda bilang gamau duluan sih , Dul. Yaudah. Gue emosi kan. Jadi gini deh, tambah parah"
"Lo uda minta maaf belum sebelumnya?"
"Yaa.. belum juga sih"
"Bego! kan simple masalahnya. Lo tinggal minta maaf. udah! kelar!" Abdul mulai emosi. Alex uda bikin Maya jadi kecewa sama dia. Tapi dia malah gengsi banget cuman disuruh minta maaf "sini HP lo!"
"Hah? lo mau ngapaaen?!"
Abdul merebut paksa handphone Alex. "Udah, lo diem aja!"
Abdul juga mengeluarkan handphone nya. Dan sekarang dia megang dua handphone. Abdul mulai mengutak-atik kedua handphone itu.
Abdul sms Maya, pake handphone nya, untuk menenangkan hati Maya. Lalu Abdul juga sms Maya, pake handphone Alex, untuk meminta maaf. Dan dia mulai melancarkan misinya. Dengan kata-kata yang manis dan sedikit gombalan dari Abdul. Maya mulai menurun emosinya, terlihat dari balasan smsnya. Dan sampai bel tanda istirahat kedua berakhir berbunyi, hubungan Maya sama Alex membaik.
Sesingkat itu Abdul menyelesaikan masalah. Lalu dia beranjak menuju ke kelas. Begitu dia sampai di depan kelas, Maya sudah berdiri di depan pintu kelasnya. Abdul melambatkan langkahnya, dia mulai salah tingkah.
"Ngapaen kamu bantuin kita?" Maya bertanya kalem.
"Hah?! bantuin apa? Ohh masalah kalian? kamu sama Alex? kan kamu aja belum cerita sama aku masalahnya gimana" Abdul belagak bego. Sumpah, kali ini bego banget.
"Iyaa. Aku emang belum cerita. Tapi Alex uda cerita kan? Aku tahu semuanya, Dul. Aku tahu bahasa sms Alex. Dan aku juga paham banget dengan bahasa sms kamu. Jadi ngga perlu ada yang ngasih tahu, aku uda tahu semuanya" Maya berterus terang. Abdul linglung setengah mati. Tambah bego, kali ini bareng salah tingkah dan mati gaya.
"Ehh" Abdul menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aku kecewa sama kamu, Dul" Maya menunjukkan ekspresi wajah yang membuat resah hati Abdul.
"Katanya kamu suka sama aku. Pengen kita ngga HTS-an kayak gini terus. Tapi liat aja. Aku lagi ada sedikit masalah sama Alex aja kamu mbantuin dia. Dan ini sudah beberapa kali kan? Apa sih sebenarnya mau kamu?" Maya menggertak. Abdul tersentak. Dia langsung berfikir dengan cepat.
"Aku?! kamu tanya apa mauku?!" Abdul mulai bicara dengan emosi yang terkendali. "kamu harus tahu, May. Aku beda sama Alex. Aku ngga cuman pengenjadi pacar kamu, yang bangga dengan status pacaran. Aku ngga cuman pengen kejelasan dalam hubungan, tapi isinya cuman brantem mulu, kayak kamu sama Alex" kali ini Abdul mulai menurunkan emosinya. "Aku cuman pengen kamu bahagia, May. Dimanapun kamu, dan dengan siapapun kamu. Asal kamu bahagia, hatiku juga ikut merasakannya"
Maya terharu. Baru kali ini ada cowok yang melakukan semua itu padanya. Membuatnya kehilangan kata-kata untuk menjawab. Tak sadar mata Maya sudah berlinang. "Maaf, Dul. Maafkan aku" hanya itu yang terucap dari bibirnya.
"Yukk. Kita masuk ke kelas!" Maya berusaha mengalihkan perhatian dengan senyum terpaksanya. Lalu membalikkan badannya dan mengusap air mata yang mulai terjatuh. Abdul hanya terdiam dan mengikuti langkah Maya memasuki kelas.
Sepanjang pelajaran terakhir. Maya hanya terlihat sedang merenung. Sementara Abdul melakukan kebiasaannya di kelas, dengan bernyanyi-nyanyi dan menabuh-nabuh bangku mejanya sendiri. Kemudian, sepulang sekolah. Hati mereka berdua sudah menemukan ketenangannya. Mereka bergegas untuk pulang sekolah bersama. Lalu bercanda disepanjang jalan. Hingga langkah sampai di simpang jalan Pesantren Putra dan Pesantren Putri, mereka berpisah.
PART 1
PART 2