Plot Film Marmut Merah Jambu
Cerita berawal dari telepon. Dua anak SMA, Dika dan Bertus, sedang memegang telepon dan secarik kertas berisi daftar nama-nama cewek beserta nomor teleponnya. Mereka sedang mencari pacar dengan cara menelpon semua nama-nama cewek tersebut, tapi tak ada satu pun yang mau.
Perjuangan pun belum selesai. Berbagai cara sudah dilakukan. Bertus pun menemukan ide setelah melihat Michael, cowok paling baik dan terkenal di seluruh sekolahan. Dan ide Bertus adalah membuat mereka berdua populer, agar bisa mendapat cewek. Misi pun berubah. Kini Dika dan Bertus memikirkan cara untuk jadi populer. Mulai dari cara lama yang diberikan Papa Dika, yaitu bermain sepatu roda di sekolahan sampai mencoba mendaftar semua eksul di sekolah.
Tapi ternyata semua eksul di sekolah itu tidak ada yang cocok untuk mereka berdua. Dan mereka pun memutuskan untuk membuat eksul sendiri. Eksul yang belum pernah ada di sekolah mereka. Lagi-lagi Bertus menemukan ide. Setelah melirik serial Conan di kantin sekolah, Bertus ingin mereka berdua menjadi “Grup Detektif”. Dan Dika menyetujuinya.
Waktu habis. Sudah setengah jam pas Dika bercerita pada Papa Ina, dan Dika harus pulang. Tapi Papa Ina berubah pikiran. Dia memanggil pembantu untuk membuatkan teh, dan meminta Dika untuk melanjutkan ceritanya. Kali ini Dika diberi waktu setengah jam lagi.
Pekerjaan pertama Grup Detektif adalah berdiri di depan jalan raya. Kata Bertus, rata-rata kejahatan terjadi di jalan raya. Dan ternyata itu tidak berbuah hasil. Mereka tidak menyerah. Setelah mencari kasus-kasus disekitar tapi tidak ada yang bisa diselidiki, akhirnya mereka bertemu guru olahraga, dan menemukan “Kasus Pertama”.
Kasus guru olahraga itu adalah misteri kehilangan bola basket. Guru olahraga itu kehilangan Bola basketnya diruangan olahraga. Dalam ruangan itu hanya ada bola voli, padahal beliau merasa sudah meletakkan di tempatnya. Setelah beberapa hipotesis diberikan kepada guru olahraga dan semuanya salah, seorang cewek yang tiba-tiba muncul bernama Cindy, memecahkan kasus ini. Dengan hipotesis yang masuk akal, Cindy dapat memecahkan kasus. Ternyata bola basket itu tidak hilang, melainkan berada dibelakang ruangan. Berdasarkan indikasi yang diberikan Cindy, bola itu terjatuh. Karena ternyata tempat yang digunakan untuk meletakkan bola basket itu bolong. Dan setelah di cek di belakang ruangan, ternyata benar. Kasus pertama selesai. Dan Cindy direkrut menjadi anggota baru dalam Grup Detektif.
Sukses dengan kasus pertama, kasus-kasus lain pun bermunculan. Beberapa diantaranya adalah misteri surat ancaman ketua OSIS, misteri hilangnya kembalian uang, misteri hilangnya mobil dan masih banyak lagi. Tapi waktu lagi-lagi sudah habis dan Papa Ina masih penasaran dengan kelanjutan cerita Dika. Akhirnya Papa Ina memesan makanan untuk mereka berdua dan meminta Dika untuk melanjutkan cerita tanpa batas waktu, bahkan sampai larut malam.
Cerita berlanjut kedalam kisah cinta. Inilah tujuan Dika dan Bertus mendirikan Grup Detektif, mereka ingin mencari pacar, dan mereka ingin populer. Dari beberapa kasus yang sudah mereka selesaikan. Mereka mulai terkenal di sekolah. Nama Dika, Bertus dan Cindy terpampang di mading sekolah sebagai “Detektif Tiga Sekawan”.
Berbeda dengan Bertus yang sudah melupakan misi awal, Dika tidak melupakannya. Misinya tetap ingin mencari pacar. Karena dia sudah cukup terpandang di sekolah, Dika pun mulai mendekati Ina, cewek idamannya yang ia kagumi setiap hari. Tapi ternyata, Ina sudah menyukai cowok lain, yaitu Michael, cowok terbaik dan terganteng di sekolah. Dika pun frustasi dengan keadaan. Dia tak menyadari, bahwa ternyata dibalik itu semua, ada cewek yang ternyata menyukainya.
Grup Detektif masih aktif. Kasus mereka kini lebih serius. Dari kepala sekolah. Ibu kepala sekolah menemukan gambar di belakang sekolah. Gambar itu berisi kata-kata ancaman pembunuhan kepada kepala sekolah dan diatasnya ada gambar iblis. Mereka tertantang untuk menyelesaikan kasus ini, tapi Dika lebih dulu menanganinya sendirian. Berhubung Dika sedang kesal dengan Michael, dia pun menuduh Michael sebagai pelakunya. Segala hipotesis dikarangnya untuk menjadikan Michael pelakunya. Dan setelah Dika mempresentasikannya kepada kepala sekolah, Dika salah. Ibu kepsek tidak mempercayainya.
Cindy pun menduga ada yang ganjil dari Dika. Mengapa ia tiba-tiba menuduh Michael. Setelah Cindy menyelidikinya, ia pun menyadari bahwa ternyata Dika kesal karena Ina menyukai Michael. Dan Cindy pun marah. Bertus yang baru saja diberitahu juga marah. Dan mereka bertiga bertengkar. DIka egois, karena mengorbankan grup untuk kepentingan pribadi, sedangkan Cindy tidak dapat menghargai orang yang menyukai orang lain.
Setelah beberapa hari bertengkar. Akhirnya Dika dipaksa oleh Papanya untuk berdamai dengan Bertus, dan tak lama mereka pun baikan. Kurang Cindy. Dika sengaja berlatih main gitar, dan bernyanyi di depan rumah Cindy. Lagu itu adalah lagu kesukaan mereka, “Anugerah Terindah Yang Kumiliki”. Cindy pun terenyuh dan balik ke grup.
Kali ini Cindy menyadari bahwa ia egois, ia tak menghargai orang yang menyukai orang lain. Cindy, beserta Bertus, akhirnya merencanakan sesuatu untuk Dika. Mereka berdua mencari beberapa data tentang kesukaan Ina, puisi kesukaan Ina dan hari ulang tahunnya. Dan tiba di hari ulang tahun Ina, Cindy mengajak Dika ke pesta ulang tahun Ina untuk menyatakan perasaannya.
Pesta ulang tahun itu meriah. Satu persatu teman Ina mengucapkan selamat untuk Ina. Dan sampai pada Dika, dengan sebuah microphone, Dika berbicara di depan seluruh orang yang hadir. Dika berkata bahwa dia sudah lama mengagumi Ina, tetapi Michael memang lebih cocok untuknya. Dika yang diminta Cindy untuk menyatakan perasaannya, malah merelakan Ina begitu saja. Ketulusan itu disambut hangat oleh Papa Ina. Beliau ingin berkenalan dengan Dika, tapi saat Papa Ina menghampiri Dika, tak sengaja Bertus malah menyetrumnya. Dan Papa Ina masuk IGD.
Hari tengah larut malam. Akhirnya cerita pun berujung. Papa Ina baru saja teringat bahwa yang menyetrum pinggangnya bukanlah Dika, melainkan Bertus. Dan karena hari sudah telalu malam, Papa Ina mengizinkan Dika untuk pulang.
Setelah seharian cerita pada Papa Ina. Dika teringat pada satu kasus yang belum ia selesaikan, misteri ancaman pembunuhan kepala sekolah. Dika pun berniat untuk menyelesaikan kasus itu, tapi dia membutuhkan Bertus. Dika pun langsung menghubungi Bertus.
Bertus sudah dewasa. Dia sudah punya istri, istri dia dua, dan yang satu sedang hamil. Tak lama kemudian, Bertus diajak Dika ke sekolah mereka dulu. Langsung ke belakang sekolah dan Dika menunjukkan pada Bertus bahwa gambar itu masih ada. Bertus tercelak, dan heran pada DIka, mengapa Dika ingin membongkar kasus itu. Bahkan Cindy pun tak bisa menyelesaikannya. Setelah melihat lagi gambar dan kata-kata itu, Dika pun menyadari sesuatu. Dan dia langsung teringat Cindy. Kata Bertus, Cindy tak pernah ada kabar, dia sudah pindah rumah tiga kali. Tapi Bertus mendapat kabar bahwaCindy akan menghadiri acara pernikahan Ina. Dan inilah kesempatan Dika untuk membongkar kasus terakhirnya.
Dalam pernikahan Ina, akhirnya Dika bertemu dengan Cindy. Tak banyak basa-basi, Dika langsung mengutarakan semuanya kepada Cindy. Bahwa kasus itu baru menyadarkannya. Selama ini Cindy menyukainya. Dika menyadari itu setelah melihat lagi kalimat pada gambar di belakang sekolah itu. Isi kalimat itu adalah kata-kata yang dibuat berantakan tata kalimatnya, yang bila kalimat itu dibaca tiap dua kata, kalimat itu akan berbunyi, “aku tak menyangka akan semudah itu mencintai sahabat baruku”.
Dika tambah yakin bila itu perbuatan Cindy, setelah menyadari juga bahwa gambar itu Ternyata bukan gambar iblis, melainkan gambar marmut merah jambu yang diberi tanduk. Gambar marmut itu sama seperti gambar pada handuk yang pernah Cindy berikan kepada Dika, dan gambar pada handuk itu juga marmut merah jambu.
Dika berterus terang pada Cindy tentang hipotesisnya, bahwa gambar itu adalah pesan cinta dari Cindy padanya. Dan Cindy juga mengakuinya. Cindy memang sudah lama memendam perasaan itu, ia merasa harus menyatakan perasaannya dulu, dan cara itu pun dilakukan. Setelah 11 tahun berlalu ternyata Dika baru saja menyadarinya.
Cindy berkata, “cinta itu bagaikan marmut. Dia sudah berlari sekencang tenaga dalam roda, tapi ternyata ia belum kemana-mana. Aku lelah, Dik.” Dan Dika pun menjawab, “berhenti yuk!”