Milenial, Alay & Old School



Jadi ceritanya begini..


Kegiatan menyambut Hari Maulid Nabi Muhammad SAW di desa saya adalah Dziba'an ibu-ibu RT. Dan itu diadakan di satu tempat: Masjid.

Dimulai dari tadi pagi sekitar pukul 9 sampai menjelang Maghrib. Jadi per-RT membaca sholawat Dziba' secara bergiliran. Dan saat satu penampilan per-grup RT selesai. Ada sesi Foto Bersama, wefie. Dan yang menjadi fotografer adalah, saya.


Masalahnya bukan karena capek harus bolak-balik dari rumah ke masjid, setiap satu-dua jam, nunggu mereka selesai. Atau memasang wajah sok senyum didepan ibu-ibu. Atau harus sabar meladeni mereka yang ndeket-ndeketin, minta liat hasil fotonya. Mereka yang tau gaya dalam berfoto, narsis, dan bahkan ada yang meminta dihapus karena fotonya jelek. Ada juga yang minta di tandai di akun Facebook-nya.


Masalahnya adalah, di era milenial ini, apa semua orang juga harus ikutan bergaya milenial? Bukan cuman kaum milenial yang memang dilahirkan di tahun 2000an, tapi bahkan sampai mereka yang mungkin berkelahiran tahun 60-80an.


Kayaknya dulu, pas masa alay pernah berjaya. Kaum old school tidak ikutan jadi alay. Bahkan, malah ada yang masa mudanya di zaman alay, tapi suka gaya old school.


Ini parah. Zaman milenial akan menguasai semua elemen. Dan bila semua sudah terjerumus, tak dapat mengendalikan. Siapa lagi yang akan menegur?

Memang benar, kita tak akan pernah bisa membuat dunia menjadi lebih baik.


Selamat Hari Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 H.