HUJAN
dipuncak tertinggi negara api . .
Awan terlihat sangat
menawan.
tanpa hujan, ia seolah
seperti kapas yang terbang dengan sangat nyaman.
Kadang memang mendung,
tapi sang surya tak segan
langsung membendung.
Hingga awan slalu
tertindas,
dan yang ada hanya sinar
mentari yang begitu panas!
Aku tak tahu . .
kenapa hujan tak mau
melawan ?
“Aku tak takut!”
lalu hujan menjelaskan ...
“Aku hanya tak tega, melihat mereka, Para Pencari Surga.
menunggu aku reda sampai
pukul setengah tiga.
dan aku menjadi penghalang ilmu yang ingin mereka sangga.
Aku hanya takut itu terjadi” ... kesedihan hujan mulai
menjadi.
Aku pun terharu, awan
tampak sayu,
Sang mentari mulai
menurunkan suhu.
mereka larut dalam
kesedihan hujan yang begitu pilu.
“Tapi kenapa ya, aku juga
sering bingung”
tampaknya hujan ingin
menyinggung.
“Aku bingung dengan mereka,
manusia-manusia hina.
Yang membuatku merasa tak berguna.”
“Seperti misal saat panas
mengikis,
mereka selalu minta aku
turunkan air kedunia.
tapi setelah aku sudah
menangis,
keluhan mereka selalu
membuat ‘aku’ terbuang sia-sia.”
Maafkan kami, hujan.
kami memang begitu, sebagai
insan.
karna bukan satu opsi, kami
ditakdirkan.
melainkan beribu pilihan
yang kami dapatkan.
jadi tak semua dari kami
baik,
dan tak sedikit dari kami
yang memang buruk.
Kali ini aku mohon ...
jatuhkan airmu pada tempat
yang memang membutuhkan.
dan bendung dalam awan,
jika gerimis pun tak dihiraukan.
Tapi, negara api memang
sedang kekeringan. :(